Identitas Wisata

Nama Wisata               : Wisata Rumah Persaktian Datu Parulas Parultop

Nama Penjaga             : Frenki Lumbanraja

Alamat                        : Dusun 3,Desa Harian,Kecamatan Onan Runggu

 

Benda Sejarah Yang Masih Ditinggalkan

1.      Rumah/Kediaman Datu Parulos Parultop Lumban Raja


    Lantai rumah kediaman datu parulos parultop ini terbuat dari kayu atau dalam tanah batak dikatakan rumah panggung begitu juga dengan dinding-dindingnya. Sedangkan atap rumahnya dahulu terbuat dari daun arena atau dalam Bahasa batak disebut dengan  daun bagot yang kini sudah direnovasi menjadi atap seng.Begitu juga dengan pagarnya terbuat dari rangrang atau kawat. Rumah atau kediaman parulas parultop ini masih dijaga dan dirawat dengan baik walaupun sudah pernah direnovasi yaitu beberapa kayu yang menjadi alas dan dinding sudah pernah diganti pada tahun 1900-an dan tahun 2016. namun untuk tiang dan kayu besarnya masih asli buatan datu parulos parultop.

  

2.      1. Ultop

Alat ini disebut juga dengan “2 baba dohot 2 mata” atau dalam Bahasa Indonesia disebut “2 mulut dan 2 mata” dikatakan demikian karena kedua ujung ultop ini berlubang. Alat ini terbuat dari bambu yang pada masanya digunakan untuk berperang dan berburu, peluru yang digunakan diambil dari pohon borta atau aren termasuk juga bulu landak karena . Dan konon katanya alat ini adalah sakti,dimana datu parulos parultop dapat meniup alat tersebut tepat mengenai kepada tujuan walaupun target berbeda arah bahkan berbeda pulau. Ultop ini memiliki kurang lebih 2 meter.

3.      2. Parang Sidua Mata

Sama halnya dengan ultop,alat ini juga digunakan untuk berperang dan berburu.Parang atau pisau ini disebut sidua mata karena memiliki 2 bagian yang tajam sehingga baik kanan maupun kiri dapat digunakan. Alat ini terbuat dari besi dan kini sudah mulai menghitam namun masih tajam.


4.     3.  Ogung

Dahulu Datu Parulas Parultop sering bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain hingga memakan waktu yang cukup lama.Sementara Si Boru Parmulaan istrinya sering ditinggal-tinggal.Jadi untuk menandakan dirinya rindu terhadap Datu Parulas Parultop Si Boru Parmulaan Manurung pun memukul Gong/Ogung.dari suara yang dihasilkan dari  ogung tersebut dapat didengar oleh Datu Parulas Parultop.Datu Parulas Parultop pun akan pulang dari pengembarannya.Jadi alat ini diberikan oleh datu parulas parultop kepada istrinya untuk memanggil datu apabila sudah rindu.

5.      4. Hombung

Benda ini adalah benda peninggalan datu parulos parultop yang dengan ukuran yang paling besar. Benda ini terbuat dari sebuah kayu besar,benda ini memiliki ukuran kurang lebih 1 meter dan berbentuk kendi selain itu benda ini juga memiliki penutup dengan cara dipalangkan. Dahulu benda ini digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga seperti emas dan perhiasan.

6.      5 Losung


Lesung ini diletakkan dibawah rumah datu parulos parultop.Sama seperti hombung, benda ini juga terbuat dari pohon besar yang dipahat menjadi 3 bagian,diperkiran berat sebesar 200 kg. Benda ini digunakan untuk menumbuk padi untuk dikonsumsi dan juga untuk perang.Konon katanya datu parulos parultop pernah menerbangkanya hingga keseberang pulau samosir.

7.      6. Sawan Pardaupan

Selain memiliki kesaktian menaklukkan musuh,Datu parultop juga mmiliki keahlian untuk menyembuhkan orang yang sakit. Sahan pardaupan adalah satu wadah yang terbuat dari tanduk kerbau sebelah kiri untuk meramu obat-obatan. Di ujung tanduk, terdapat lobang untuk mengeluarkan ramuan yang siap dipakai.  Lalu sebatang kayu diberi 2 tangkai untuk mengaduk ramuan obat. Warnanya juga sudah menua. Pada jamannya, sakit yang asalnya diguna-gunai atau sejenis praktik santet diyakini masih marak.Karenanya, Datu Parulas terkenal dengam ketabibabnya menyembuhkan orang-orang sakit, terlebih orang yang penyakitnya susah dipecahkan secara medis. 

Pada praktiknya, kata Frenki obat-obatan diramu berampingan dengan mantra atau doa-doa. Lalu, disembur kepada si penderita. Sahan Pardaupan menggunakan tanduk kerbau sebelah kiri ternyata juga memiliki alasan.Karena tangan sebelah kiri lazimnya digunakan untuk membuang yang kotor-kotor.Demikian tanduk kerbau sebelah kiri yang dipakai untuk meramu obat, dipercayai agar penyakit-penyakit dan sejenis yang kotor terbuang.  

7. Batu Parmasan

        Batu ini terletak sekitar 200 meter dari rumah kediaman rumah datu parulos parultop.Batu Parmasan ini merupakan tempat "saring-saring" atau tulang belulang para leluhur kini batu tesebut sudah berubah warna menjadi hijau lumut, meski sebagian ada yang sudah retak. Ada yang berbentuk kendi dan ada yang berbentuk petak persegi.

        Makam tersebut adalah makam dari keturunan Datu Parulas generasi ke-8,mereka menjaga betul dan membersihkan dedaunan yang jatuh ke makam. Kami dipersilakan melihat langsung tulang belulang yang berada di dalam makam batu itu.Tengkorak kepala, tulang paha dan bagian kerangka manusia ratusan tahun ini terlihat jelas.Menua dimakan usia, tengkorak-tengkorak itu perlahan melapuk. Tengkorak kepala tersebut kelihatan volume kepala lebih besar menandakan serta bagian rahang yang kuat.

Sejarah Singkat Datu Parulos Parultop

Datu Parulas merupakan marga Lumban Raja pertama.Datu Parulas memiliki 14 anak yang saat ini berkembang menjadi marga-marga. Antara lain, Pusuk, Buatan Mahulae, Simata Tunggal, Gajut, Siboro, Raja Sitalutuk, Toga Sahata, Sabungan Raja, Guru Tinandangan, Toga Dipasir, Tuan Baringin, Raja Tomuan, dan Raja Bonan Dolok. Di sebelah kiri dan kanan, terdapat rumah adat Batak lainnya. Juga di depan dengan rumah panggung terlihat antik, menua kecokelatan. Leluhur dari frengki generasi ke-13 gelar "Ama Rerak membuka perkampungan di sekitar desa, bertempat di Lumban Pining.Lalu ditempati Ama Mahammad anak dari Ama Rerak. Mereka keturunan dari Toga Sahata anak Datu Parulas Parultop

Si Boru Parmulaan Boru Manurung merupakan istri ke empat Datu Parulas. Dan dia adalah ibu Toga Sahata yang sekaligus juga menempati kediaman datu parulos parultop.Adapun anak sulung dari Si Boru Parmulaan Manurung yakni Sitalutuk, Toga Sahata, Sabungan Raja dan Namboru.Toga Sahata merupakan leluhur Frenki.

Rumah Batak yang mulai termakan usia, mulai berlubang atapnya. Melalui cepah-celah ijuk, air pun mulai merembes masuk ke dalam rumah.Ama ni Mahammad pun memilih meninggalkan rumah itu. Ama Mahammad ketika itu tak punya biaya memperbaiki rumah peninggalan Datu Parulos Parultop Ama Mahammad ketika itu tak punya biaya memperbaiki rumah peninggalan Datu Parulas Parultop. 

Ama Mahammad pun mendirikan rumah yang juga tidak jauh dari areal dan melupakan Rumah Peninggalan Datu Parulos Parultop Lumban Raja.Tidak berapa lama, Ama Mahammad jatuh sakit yang tidak dapat disembuhkan.Ama Mahammad diyakini sakit karena meninggalkan rumah Datu Parulos Parultop Lumban Raja dengan kondisi yang mulai rusak.Kata Frenki, Ama Mahhamad pada waktu itu dinilai ingkar janji kepada leluhur. "Namangalaosi poda dohot uhum do imana. Igabusi imana akka sahala. (Sempat tidak diajalannkanya tatanan dan dia ingkar janji kepada leluhur)," kata Frenki. Ama Mahammad pun mencari tau kepada paranormal untuk mencari tahu penyebab dirinya jatuh sakit dan tak bisa diobati.

Dari para ahli spiritual "datu", Ama Mahammad menyadari kesalahan yang ternyata dia lakukan. Setelah mendengar petunjuk ahli spiritual, Ama Mahammad menjual rumah yang dia bangun.Yang disampaikan paranormal benar adanya.Belum pada tahap memperbaiki rumah Datu Parulas Paryltop bersama para saudaranya, dia sudah sembuh dari sakit yang dia derita.Perbaikan demi perbaikan pun dilkukan. Keturunan Toga Sahata pun bermusyawarah, dimulai ketika itu disepakatilah tidak boleh lagi dijadikan rumah huni.Dan fungsinya hanya tempat bertemu para keturunan Datu Parulos Parultop untuk melepas kerinduan. Selain itu, rumah ini hanya dipakai untuk menyimpan benda pusaka Datu Parulos Parultop. Lalu ketika nada yang terpanggil melakukan ritual khusus.Namun, tidak bisa dihuni. Untuk tidur malam hari juga tidak boleh, hanya bisa beristirahat di sana tida lebih dari 3 jam. 

Sumber : https://tribunmedanwiki.tribunnews.com/


Destinasi  Wisata Rumah Datu Parulas Parultop
        Kini perkembangan budaya di Indonesia sudah berkembang dengan pesat. Banyak orang yang sudah mengikuti gaya budaya orang luar dan sudah mulai melupakan adat istiadatnya sendiri. Bahkan banyak pemuda/pemudi di Indonesia yang tidak mengetahui asal usul budayanya apabila tradisi dan kebudayaan warisan leluhur itu tidak dirawat, dijaga, dan dilestarikan dengan seksama, maka bukan hal yang mustahil jika kelak tradisi dan budaya itu tinggal kenangan saja.
        Rumah datu parulas parultop ini masih memiliki peninggalan-peninggalan asli yang digunakan oleh datu tersebut,jadi apabila berkunjung ketempat tersebut akan dapat melihat dan mengenang asal usul leluhur mereka,terutama untuk keturunan marga lumbanraja.sehingga dapat melestarikan peninggalan sejarah datu parulas parultop.